Wednesday 5 November 2014

Tulisan Para Da'i

Kami adalah pena pena yang tajam
yang akan menuliskan kebenaran
tanpa ragu ungkapkan keadilan

Penggalan lirik nasyid Tekad yang dipopulerkan oleh Izzatul Islam di atas sudah lama tak kami nyanyikan dalam forum KAMMI. Sebelum ada Mars KAMMI baru yang diciptakan oleh Pak Maukuf yang saat itu menjabat sebagai staf kaderisasi pusat, setiap acara kami menjadi Tekad sebagai mars yang dinyanyikan. Isi liriknya menggugah semangat siapa pun yang mau menghayati liriknya. 
Yang aku tuliskan tadi adalah bait terakhir dari lagu itu. Yang dimaksudkan adalah, kami, yang telah masuk dalam lingkup tarbiyah, yang telah menikmati ukhuwah diharapkan untuk menjadi pena - pena yang tajam yang akan menuliskan kebenara, baik kebenaran Islam maupun hal - hal yang terjadi di sekitar kami. 

Menulis adalah salah satu bagian yang amat penting. Dalam sebuah kutipan dikatakan bahwa menulis adalah pekerjaan menciptakan keabadian. Menulis adalah perkara mencatat sejarah. Siapa yang tidak menulis sehebat apa pun bila ia tidak menulis maka namanya hanya akan hilang ditelan zaman. 

Landasan pemikiran seperti inilah yang membuat beberapa senior di KAMMI begitu gencar menciptakan penulis - penulis handal. Untuk tingkatan Kepri, siapa yang tak mengenal Raja Dachroni dengan tulisan - tulisan berbau sosial politik yang nyaris pernah nangkring di seluruh media lokal yang bahkan merambah ke Riau. 

Belum lagi jika berbicara tentang para kader di Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan bagian Indonesia lainnya. Sejak dicanangkannya Gerakan KAMMI Menulis di masa kepemimpinan Rijalul Imam, aku yang baru bergabung di KAMMI tahun 2008 merasakan perkembangan itu terutama di media sosial. Tak banyak nama penulis di KAMMI yang kukenal di antara mereka ada Syamsuddin Kadir, Sofistika Carevy, Dina Fauziah, Amin Sudarsono, Rijalul Imam dan para penggiat KAMMI Madani juga tak lupa para penulis ideologi di KAMMI Kultural

Lalu terpikir olehku tentang para dai yang ada di Kepri. Di daerah ini aku yakin mereka tak kalah hebat dengan mereka di luaran sana. Aku bertemu mereka dalam forum - forum ilmu dan mendengarkan taujih para dai dengans seksama. Namun hari ini aku berpikir, harusnya pemikiran dan ilmu mereka juga berhak dinikmati oleh orang lain yang tak sempat hadir dalam forum - forum tersebut? 

Kurasa ada banyak orang yang menulis termasuk para dai, hanya saja tulisan - tulisan itu tak terpublikasikan. Aktivitas harian yang menyita waktu bisa saja membuat para dai ini tak memiliki waktu lebih untuk berkutat pada web pribadi untuk menyebarkan ilmu, pemikiran dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang ada. 

Semoga nanti ada tim yang akan mengumpulkan tulisan para dai ini yang kemudian dirangkum dalam satu web. Hal ini memudahkan penyebaran pemikiran. Ah semoga saja.... Aku berniat untuk memulainya, mungkin hanya perlu berkomunikasi dengan para dai tersebut. Insya Allah

No comments:

Post a Comment