Saturday 29 November 2014

Kenapa Kita Hidup di Zaman Ini?

*catatan pertemuan sekolah peradaban 
"Ilmu itu ialah mengenal dan beramal. Pelajari semua ilmu yang kau sukai tetapi ingatlah bahwa Allah tak akan memberi manfaat dari ilmu itu sebelum engkau mengenalkannya terlebih dahulu" (Mu'adz bin Jabal)

Gara-gara whatsapp ga aktif hampir aja kehilangan momen buat hadir di sekolah peradaban. Tapi rupanya masih dapat kesempatan sih untuk hadir walo harus telat satu jam. Konsekuensinya emang agak ketinggalan dari awal. Harus disyukuri dulu karena engga banyak yang bisa hadir, walopun kaya sih jarkomannya udah nyampe ke mana-mana.

Untuk menuliskan ini aku rada bingung sih mau mulai dari mana karena menurut pendapatku ini udah kayak kajian buku Risalah Pergerakan-nya Imam Hasan Al Banna. Jadi inget ketika dulu disuruh untuk baca dan presentasikan buku itu. Karena kurang persiapan dan ga baca sampe habis, akhirnya kuambil aja sedikit bagian yang menurutku adalah hal penting. Eh ternyata kata ustadznya, "Yang antum bahas itu cuma kulitnya". Nge-jleb banget. Gara-gara itu aku dikasih seabrek daftar buku bacaan yang ikhwan banget -_- alhamdulillah salah satu buku, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan berhasil ku-copy dari Kak Luluk (kamsahamnida, eonnie).

Walo belum kelar bacanya tapi kupikir ini buku ngebahas pemikiran yang panjang banget. Isinya sih tentang 10 rukun baiat (arkanul bai'ah). Tapi buseeet, ngebahas al fahmu aja udah makan setengah buku. Ngebahas al fahmu lengkap dengan 20 prinsip yang harus dipegang. Sisanya, dari al ikhlas sampe tsiqoh ga begitu banyak penjelasan. Duh malah jadi ngomongin buku.

Jelang maghrib, ustadz nya nanya ke peserta : KENAPA KITA DIPILIH ALLAH UNTUK HIDUP DI PERIODE KEEMPAT?

Ohohoo sebelumnya disampein tentang periode umat Islam yang udah diprediksi Rasulullah SAW menjadi 5 periode : 


1. Periode kenabian, di mana di zaman ini Rasulullah SAW masih hidup sehingga semua permasalahan bisa ditanyakan langsung ke Rasul. Kalo ada pertanyaan, bahkan di antaranya banyak yang langsung dijawab sama Allah SWT melalui firmanNya. Dalam Al Quran biasanya ditandai dengan kalimat yas aluunaka. Aku ingetnya surah Al Anfal ayat 1 sih tentang harta rampasan perang. Trus ayat tentang zhihar di surah Al Mujadalah (yang ini mohon koreksinya ya, kawan).

2. Periode kekhalifahan, yaitu di zaman kepemimpinannya khulafaur rasyidin yang empat; Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Nah, ada satu lagi nih khalifah yang oleh para ulama hampir disamakan dengan para khulafaurrasiyidin, yaitu Khalifah Umar bin Abdul Azis yang ga lain adalah cucunya Umar bin Khattab. Gimana ga nyama-nyamain khalifah sebelumnya, di zaman Umar bin Abdul Aziz memimpin, zakat itu sampe diekspor keluar saking sulitnya mencari orang yang berhak nerima zakat alias udah pada sejahtera.

3. Periode raja yang menggigit, nah ini sih bentuknya masih kaya khalifah gitu cuma mereka berlaku seperti raja yang menggigit. Kenapa menggigit? Soalnya pemerintahnya represif. Orang-orang yang berbeda pendapat dan mengkritik pemerintah langsung dibasmi. Ouch, jadi inget orde baru (orde lama juga sih sampe sekrang hehe). Di zaman ini ada ulama seperti Ibnu Taimiyah yang juga ngerasain penjara dan Imam Hambali. Periode ini berakhir ketika Turki Utsmani runtuh (karena gerakan sekuler).

4. Periode raja yang zalim, yang berlangsung dari tahun 1924 M sampe waktu yang ga bisa diprediksikan karena kita sedang hidup di zaman ini. Wowww kebayang dong gimana tanda-tandanya. Kita hidup di masa di mana para pemimpin menindas orang-orang yang dipimpinnya alias zalim. Kapan ini berakhir? Entahlah, tergantung umat Islam sih

5. Periode khilafah yang kembali pada kenabian, di sinilah masa kejayaan umat Islam berabad-abad lalu akan kembali. Makmur, adil sejahtera bakalan jadi hal yang biasa. Periode ini juga menandakan akan telah dekatnya hari kiamat itu. Mau hidup di zaman ini? :)

Nah balik lagi ke pertanyaan tadi. Kenapa Allah milih kita buat hidup di zaman yang penuh kezaliman ini? Padahal kalo boleh milih nih, kita tuh maunya hidup di periode yang kedua kalinya di mana seluruh aspek kehidupan telah mendapat perlindungan dan dijamin oleh negara. Atau periode pertama biar bisa ketemu Rasulullah SAW dengan konsekuensi mesti punya jiwa jihad yang ga ada matinya.

Beberapa peserta menjawab. Ada yang bilang karena kita adalah umat terbaik, kuntum khoiru ummat ukhrijat linnas (tebak deh itu surah apa dalam Quran). Dari peserta lainnya bilang, inilah bentuk kasih sayang Allah pada kita yang ngasih kesempatan untuk hidup di masa yang membutuhkan komitmen tinggi untuk berislam sehingga balasan yang diberikan pun setimpal pula. Kalo menurutmu, kenapa?

Well, well, apa pun jawabanmu intinya cuma dua. Kita hari ini punya dua pilihan dalam hidup. Menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi.

Gimana engga, dengan adanya raja-raja zalim, hari hari indah kita langsung penuh masalah. Mulai dari masalah politik, sosial, ekonomi, pertahanan negara, keluarga sampe akhlak anak muda. Seeeemua adalah masalah.

Coba di cek, sebagai kader dakwah, manakah posisi kita dalam menghadapi high level competition and contribution alias menimbang kompetisi dan kontirbusi kita di lingkungan masing-masing :
1. Adanya diharapkan, tiadanya dicemaskan (excellent person)
2. Adanya diharapkan, tiadanya biasa aja (ordinary person)
3, Ada dan tiadanya sama aja (ghost)
4. Adanya dicemaskan, tiadanya diharapkan (extra dreadful person)
Nilai diri masing-masing deh apakah itu di rumah, di sekolah/kampus/kantor, lingkungan tetangga, organisasi dll. But, penilaian terbaik tentang ini adalah nilai yang keluar dari orang lain. So tanya mereka ya ;)

Imam syahid Hasan Al Banna udah berpesan (pake sambel) untuk ngebanyakin aktivitas di masyarakat agar mereka bahagia. Hmm rupanya di periode ini banyak masyarakat kita ga bahagia, mungkin termasuk kita. Ih jangan sampe lah ya. Kebahagiaan itu bersumber dari keyakinan pada Allah, jika hari ini kita ga bahagia, hmmm tanyakan keyakinan hati ini pada pemiliknya ya.

Penjelasan selanjutnya rada bersifat internal sih buat aku. Silahkan tanya via inbox.

Karena kita bertekad untuk menjadi bagian dari solusi, maka dakwah harus lebih gencar. Salah satunya dengan melihat peluang dakwah seperti apa yang kita miliki di lingkungan masing-masing. Jadikan seluruh aktivitas punya nilai dakwah.

Kita diharapkan untuk jadi kader robbani. RObbani apaan sih? Bukannya itu merk jilbab yang dipake Fatin? *sori gagal fokus -_-
Dalam QS Ali Imran ayat 109 udah jelas banget apa makna dari robbani. Kader robbani adalah kader yang : 


1. menguasai ilmu agama (nah ini sifatnya fardhu 'ain, wajib alias kudu dikerjain semua muslim tanpa terkecuali)


2. menguasai ilmu profesi, nah di tahap ini dia belajar untuk mengelola dirinya sendiri agar menjadi seorang yang profesional


3. menguasai ilmu manajemen, setelah lulus tahap dua, selanjutnya adalah mengelola orang lain. Misalnya yang dulunya guru, harus udah bisa jadi kepala sekolah.


4. menguasai ilmu kebijakan publik, baik formal, nonformal maupun informal. Udah wilayah politik eitsss bukan cuma politik praktis ya, ga usah berpikiran sempit seolah-olah politik cuma ngomongin masalah partai. Di level ini, kader robbani yang udah mumpuni jadi kepala sekolah, setidaknya memproyeksikan diri menjadi kepala dinas di mana kebijakannya tidak hanya mempengaruhi satu sekolah tapi seluruh sekolah di wilayah tersebut. Atau jadi camat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kebijakan publik. Anggota dewan juga boleh deh :D

Karena tujuan kita adalah menjadi kader robbani, makanya ga ada yang namanya anak bodoh. Yang ada sih cuma anak yang belum dapat kesempatan untuk bertemu dengan guru yang baik. Kita yang guru, mentor, dan murobbi mesti instropeksi juga, apakah kita sudah masuk dalam kategori baik?

Selanjutnya peserta disuguhi tayangan mengenai guru yang baik, diilustrasikan dari salah satu film terbaik Hollywood, FACING THE GIANT. Bercerita tentang team (aduuuh apa itu ya nama olahraganya, apa rugby? Mereka pake seragam yang bikin bahunya gede dan permainannya sampe ngimpit pemain lain) yang kalah berkali-kali. AKhirnya pelatih mereka diganti.

Si pelatih bukannya ngajarin teknik permainan yang canggih, tapi doi pake pendekatan spiritual. Mental juara para anggota tim dibangun habis-habisan. Walo kerasa rada kejam, tapi usaha pelatihnya sukses berat. Slogan, kamu pasti bisa!!! Kata ustadznya, film ini bagus banget.

Tapi aku lebih tertarik sama tayangan berikutnya bagaimana sebuah perjuangan membutuhkan pengorbanan dan strategi yang benar. Diambil dari cuplikan serangan tentara Jepang ke Amerika, tepatnya di Pearl Harbor, sesuai dengan judul filmnya.

Bagian ini aku tulis berikutnya ya, karena bisa jadi panjang banget. Selain ini film favorit, juga film pertama yang dikasih hikmah dibaliknya.

Well, sebagai penutup mari mengutip kata terakhir
Impian itu menghendaki perjuangan.
Perjuangan butuh pengorbanan
dan pengorbanan menghendaki komitmen
sebesar kesibukanmu karena Allah, maka sebesar itu pula kesibukan orang lain untukmu (Al Mughirah bin Syu'bah

Semoga bermanfaat dan mohon kritik juga saran untuk perkataan yang kurang berkenan

*ada dua kisah inspiratif mengenai Tri Mumpuni dan produsen pengusaha Ahmad Fanani yang dijelaskan oleh ustadz, silahkan mencari informasinya

No comments:

Post a Comment