Tuesday 13 November 2012

Bunda Itu

Suatu hari aku diminta untuk mengambil undangan ke rumah seorang aktivis LSM di Kepri. Ia adalah seorang yang sudah tua, kurasa umurnya sudah mencapai 70 tahun. Namun dengan umur segitu, aku salut karena setiap bertemu beliau di sebuah acara seminar atau dialog kedaerahan yang dihadiri oleh pejabat - pejabat dan juga tokoh - tokoh masyarakat, ia selalu ada dan selalu mengkritisi pemerintah.

Dia selalu menyuarakan pada pemerintah, mengingatkan bahwa Kepri sudah terbentuk sekian tahun lamanya, namun kesejahteraan belum juga merata. Woooww ini orang tua yang idealis dan kritis, begitu pikirku.

Hari itu aku pergi ke rumahnya. Dia bilang rumahnya ada kantor di sebelahnya. Rupanya dia pengelola sebuah LSM yang cukup sering kudengar kiprahnya di Kepri. Begitu memasuki kantor kecil itu, yang kulihat adalah tumpukan buku di lemari dan meja - meja. Di sudut ruangan panjang itu ada lemari buku yang penuh dengan buku entah apa namanya aku pun tak tahu, yang jelas buku - buku yang sudah tua. Di depan lemari itu ada tumpukan koran harian bermacam - macam. Di dinding ruangan tersebut ada tertempel berita tentang pelantikan pejabar eselon dan susunan kabinet Kepri yang entah tahun berapa, tapi kurasa masih baru karena beberapa di antaranya ada yang kukenali

Hmmm pantas ia begitu kritis di forum. Rupanya ini yang dikerjakan orang tua itu setiap harinya, kataku dalam hati. Di dinding lainnya aku melihat beberapa foto - foto beliau dengan beberapa pejabat di acara yang berbeda - beda. Ada pula foto - fotonya bersama teman sejawat. Ah, semua pernah muda ya :)

Dalam hati aku bergumam, sayang sekali, beliau orang yang cerdas dan pastinya tidak melewatkan satu hari pun untuk membaca dan memperhatikan kondisi kekinian. Namun, secara keislamannya belum begitu baik. Kerudung yang hanya seadanya membuatku miris bahwa ia belum sempat bertobat padahal sudah setua ini. Ah, siapa yang tahu. Mungkin di mata Allah ia lebih baik, kataku mencoba berpikir positif tentang orang tua itu.

Di meja kerja aku melihat beberapa kertas yang belum tersusun rapi, nampaknya ini adalah hari - hari sibuk sehingga tak sempat membereskan meja. Ada asbak rokok besar dengan beberapa puntung rokok di dalamnya. Hmmmm mungkin rokok sang suami.

Puas melihat - lihat ruangan kecil itu, aku duduk tenang menunggu si Ibu menyelesaikan makan malamnya. Kryuuukk... Duh perutku lapar. Teringat pada mie rebus yang sedang dimasak oleh Kak Nur di kosnya untukku malam ini. Kupikir hanya sebentar jadi kutinggalkan sejenak kosnya untuk mengambil undangan

No comments:

Post a Comment