Tuesday 4 September 2012

[Korean Movie] Tae Guk Gi : Perang Saudara di Tengah Perang Saudara


Anda suka film perang? Silahkan melanjutkan membaca tulisan ini, jika tidak suka, saya ‘memaksa’ anda untuk tetap melanjutkan membacanya. Hehehhe……

Film ini secara tak sengaja saya temukan di youtube beberapa waktu lalu saat iseng mencari film – film lama. Kebetulan rasa penasaran saya beberapa tahun yang lalu rupanya masih ada hingga sekarang. Ketika itu ada tayangan di televisi tentang film – film di Indonesia yang dituntut karena menggunakan soundtrack yang dipakai oleh film – film luar negeri. Salah satunya adalah film ini, Tae Guk Gi atau Brotherhood of War film perang Korean pertama yang saya tonton (selama ini hanya nonton produksi Hollywood).

Diperankan oleh dua aktor yang paling ampuh membuat gadis – gadis di Korea Selatan menjerit, Jang Dong Gun dan Won Bin, di mana keduanya hanya saya lihat di drama. Oleh karena itu, dua aktor ini menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Won Bin main film perang, wowww!!

Ini bukan film perang biasa! Itu kesan yang saya dapatkan setelah menontonnya dengan bersimbah air mata. Perang saudara yang memang benar – benar perang saudara! Film ini mengisahkan dua orang kakak beradik yaitu Jin Tae dan Jin Seok yang hidup di masa perang saudara tahun 1950an, antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Yang membuat film ini menjadi sangat mengharukan adalah hubungan antara Jin Tae dan Jin Seok, berusaha untuk saling melindungi satu sama lain meskipun ada waktu di mana yang satu sangat membenci yang lainnya.

Jin Tae sebagai kakak rela untuk menjadi tukang semir sepatu di pasar agar sang adik, Jin Seok bisa melanjutkan pendidikan. Hubungan yang akrab di antara mereka diperlihatkan di menit – menit awal. Oya, mengenai alurnya, film ini punya alur bolak balik. Dimulai dari zaman sesudah perang ketika ditemukannya pena bertuliskan nama Jin Seok di lokasi perang.

Masalah mulai datang saat tentara memerintahkan pemuda yang berusia 18-30 untuk naik ke atas kereta api. Rupanya mereka akan dibawa dan dilatih menjadi tentara. Jin Seok yang terperangkap akhirnya ditemukan oleh Jin Tae, sayang mereka tak bisa turun karena dihalangi oleh prajurit. Jin Tae berusaha meyakinkan tentara bahwa adiknya hanya pelajar dan meminta mereka untuk mengirimnya pulang. Jawabannya tidak!

Dimulailah latihan militer mereka. Berkenalan dengan orang – orang di kamp hingga menghadapi pertempuran yang hamper mencabut nyawa salah satunya. Jin Tae berusaha agar Jin Seok tidak dilibatkan dalam misi apapun, ia mencari cara bagaimana Jin Seok bisa dikirim pulang. Ia kemudian diceritakan bahwa sebelumnya pernah ada yang bernasib sama sepertinya kemudian prajurit tersebut bertempur mati – matian untuk mendapatkan lencana agar bisa mengajukan permohonan untuk mengirim adiknya pulang.

Mulailah Jin Tae melaksanakan misi dengan gagah berani layaknya seorang pejuang kemerdekaan hingga ia pun dianggap sebagai pahlawan oleh teman – temannya. Karena keberanian dan keberhasilannya menjalankan misi, lencana yang ia harapkan pun diterima. Namun sayang, Jin Seok seperti tidak mengenal kakaknya dikarenakan ambisi Jin Tae tersebut. Ia mulai membenci Jin Tae, apalagi setelah Jin Tae membiarkan teman kecil dan rekan mereka terbunuh. Jin Seok mengira Jin Tae hanya ingin mendapatkan lencana, meskipun akhirnya ia tahu alasan Jin Tae melakukan hal tersebut. Tapi ia sudah terlanjut benci dan menyuruh Jin Tae untuk tidak ikut campur urusannya.

Suatu hari, ketika mereka pergi ke Seoul, Jin Seok menyempatkan diri untuk singgah ke rumah menjenguk sang Ibu. Tapi ia hanya bertemu dengan Young Shin. Saya kurang paham, siapa Young Shin itu, apakah dia istri atau baru sebatas pacar Jin Tae. Rupanya ketika itu orang – orang Korea Selatan sedang melakukan penyelidikan terhadap warga Negara mereka yang diduga menjadi mata – mata komunis Korea Utara, dan Young Shin salah satunya. Meskipun perempuan ini mengaku bahwa ia masuk hanya untuk menjual makanan toh akhirnya ia ditembak mati juga setelah Jin Tae datang menyelamatkan Jin Seok dan Young Shin. #adegan ini mengharukan

Tentara Korea Selatan tentu mereka pengkhianat dan mengurungnya di sel beserta tawanan lain, untungnya karena Jin Tae cukup dikenal ia bisa keluar dan meminta pada yang sedang bertugas untuk turut mengeluarkan adiknya. Komandan keras kepala itu tidak percaya dan malah memerintahkan anak buahnya untuk membakar sel tersebut. Di sinilah Jin Tae merasa ia sudah kehilangan segalanya apalagi ia menemukan pena milik Jin Seok di bekas sel yang terbakar.

Jin Tae yang mengira Jin Seok sudah mati terbakar akhirnya beralih menjadi komunis dan bergabung dengan tentara Korea Utara bahkan jadi pemimpin Flag Unit. Jin Seok tidak peduli karena ia pikir tak ada gunanya mengandalkan seorang kakak yang bahkan tidak bisa lagi membedakan mana teman mana lawan.

Namun, kenangannya bersama Jin Tae membalikkan perasaannya. Jin Seok kemudian memutuskan untuk masuk ke garis musuh agar bisa bertemu dengan sang kakak. Adegan ini begitu mengharukan sekaligus mengerikan karena wajah Jin Tae ketika menjadi pemimpin Flag Unit Korea Utara tidak seperti manusia. Agaknya dia frustasi dengan kematian Jin Seok. Meskipun Jin Seok berusaha mati – matian meyakinkan Jin Tae bahwa dia adalah adiknya yang masih hidup, Jin Tae tetap tak percaya karena ia sudah gelap mata. Mungkin dalam pikirannya, “Bunuh tentara Korea Selatan!!”.

Lagipula saya mengerti mengapa sulit bagi Jin Tae untuk mengenali adiknya. Karena muka mereka dipenuhi dengan lumpur hitam dan yang tersisa hanya mata yang menyala – nyala. Mata Jin Tae yang kerasukan dan Jin Seok yang hampir mau mati putus asa karena Jin Tae tak kunjung sadar. Jin Tae baru menyadari itu adalah adiknya ketika Jin Seok berusaha membawanya ke tempat yang aman dan saat Jin Tae tak sanggup lagi untuk berdiri, Jin Seok mengingatkannya akan janji – janji yang pernah diucapkannya #aku yakin yang membuat Jin tae sadar pasti karena hanya kepada Jin Seok lah ia pernah mengatakan semuanya.

Lalu dengan gerakan heroik, Jin Tae menembaki semua tentara Korea Utara yang berlari turun mengejar tentara Korea Selatan. Ia menyuruh Jin Seok mencari tempat aman dan berjanji untuk menyusul. Jin Seok menyerahkan pena miliknya dan meminta Jin Tae mengembalikannya saat mereka bertemu nanti. Sayang, mereka tak pernah bertemu lagi setelah itu karena Jin Tae telah mati tertembak tentara Korea Utara hingga puluhan tahun kemudian, tulang belulangnya ditemukan beserta pena tersebut.

Film ini tidak fokus pada kekalahan atau kemenangan tentara Korea Utara maupun Selatan, tidak seperti film perang lain yang lebih meng’hero’kan tentara Amerika. Sejarah sudah lengkap mencatat tentang kemenangan dan kekalahan perang saudara antara Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang demokratis.

Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya ketika Jin Seok meminta agar ia diizinkan untuk ikut bertempur, “Kau berperang demi negaramu atau saudaramu?”. Mungkin bisa kita lemparkan pada pejabat publik hehehhe……

Oh ya bagian akhir dari film ini sangat sangat sangat mengharukan. Ketika Jin Seok tua menyesali kematian Jin Tae dan kenangan tentang sepatu yang disemirkan Jin Tae untuk adiknya. Mungkin menjadi mengharukan karena backsoundnya.

Jika anda belum pernah menonton film ini, saya sangat sangat sangat sangat merekomendasikannya untuk ditonton bersama keluarga. Mmmm tapi untuk anak – anak harus ditemani orang tua karena ada beberapa adegan di dalam film ini yang bagi saya sangat sadis dan tanpa sensor. Tidak layak untuk dilihat anak – anak.

Selamat menonton!

http://www.youtube.com/watch?v=1Ft0HSo7oOk&playnext=1&list=PL415FA247350E53B2&feature=results_main 

No comments:

Post a Comment