Friday 28 September 2012

Bercermin pada Korsel, Mencitrakan Indonesia



Bendera Korsel
Pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu daerah atau negara. Selain itu ia juga menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah ke daerah lainnya. Industri pariwisata juga memberi andil dalam pembangunan sosial dan ekonomi, baik itu di Negara maju maupun berkembang

Indonesia merupakan daerah potensial untuk maju dan berkembang dari sektor pariwisata karena Indonesia menawarkan tempat – tempat indah untuk dijadikan objek wisata unggulan. Luas wilayah yang termasuk dalam salah satu Negara terbesar di dunia ditambah dengan kondisi alam yang luar biasa menakjubkan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Sayangnya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia pada Juli 2012 turun 5,94 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni 745.500 menjadi 701.200 (Kompas.com/edisi 3 September 2012). 

Keterangan dari Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, mengatakan bahwa penurunan ini terjadi mungkin dikarenakan memang terjadi pada bulan puasa lalu dan mendekati perhelatan olimpiade dan krisis Eropa yang masih berlanjut. Hanya saja jika dibandingkan Juni 2012 malah naik tipis sebesar 0,82 persen.


Tentu hal ini membuat kita berpikir keras bagaimana untuk menaikkan angka kunjungan wisatawan terutama yang berasal dari mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Strategi pemasaran dan peningkatan sarana prasarana serta pemeliharaan tempat wisata yang dilakukan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata harus lebih digenjot. Meskipun dalam hal ini peran pemerintah pusat lebih kepada bagaimana memasarkan, pihak swasta dan daerah juga seharusnya bahu membahu.

Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pasal 41 ayat 1 menegaskan tugas Badan Promosi Pariwisata untuk meningkatkan pencitraan pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi sejauh mana pencitraan mengenai Indonesia sudah dilakukan oleh badan ini.

Mari melongok ke Negara Asia Timur yang saat ini menjadi salah satu tujuan wisata utama dunia, terutama kawasan Asia. Korea Selatan mendapat kunjungan oleh wisatawan mancanegara sekitar 5,3 juta per tahun, diungguli oleh Republik Rakyat Cina dengan 30 juta wisatawan per tahun. Bagaimana dengan Indonesia? 

Naiknya kunjungan wisatawan ke Korea Selatan merupakan salah satu efek dari Korean Wave yang sekarang sedang melanda kawasan Asia, tak ketinggalan Indonesia. Korean wave ini menarik minat masyarakat di Asia khususnya untuk melancong ke sana. Masyarakat Indonesia pun banyak yang ingin mengunjungi Negara tersebut karena ketertarikan mereka salah satunya pada tempat – tempat yang dilihat dalam drama dan film dari Korea Selatan. 

Salah satu lokasi syuting Winter Sonata
di Pulau Nami
Penulis mengakui kepiawaian pemain industri hiburan di Korea Selatan dalam memproduksi drama dan film yang tak hanya booming di negaranya sendiri, tapi juga di Negara lainnya. Ada apa dengan drama dan film tersebut sehingga menjadi magnet bagi masyarakat dunia untuk berkunjung ke Korea Selatan?

Sebelumnya mari kita lihat indutri hiburan di Negara kita, Indonesia, yang didominasi dengan hal – hal yang tidak mendidik. Sinetron Indonesia muncul dengan tema – tema cinta remaja berlebihan dan tidak sesuai dengan usia. Kemudian, kebencian yang begitu mendalam, dengki, perebutan harta, balas dendam, adegan yang tak layak tayang, pergaulan laki – laki dan perempuan yang tanpa batas, lokasi syuting yang hanya berkutat di tempat – tempat mewah menjadi sajian bangsa ini setiap hari. 

Lalu Negara mana yang mau mengkonsumsi sinetron – sinetron tanpa akhlak tersebut? Beberapa stasiun televisi di Malaysia membuat langkah yang salah dengan menayangkan ini di negaranya. Sinetron yang bahkan harusnya tak layak ditonton oleh bangsanya sendiri.

Lalu bagaimana dengan industri perfilman? Ironis. Didominasi oleh fitnah sarat SARA, hal – hal mistik yang hanya butuh biaya sedikit tapi mendapat keuntungan besar karena ada orang – orang bodoh yang rela antri untuk menontonnya. Tak banyak film yang berkualitas apalagi yang mengambil lokasi syuting di tempat – tempat wisata.

Lalu bagaimana Korea Selatan, Negara kecil yang hingga hari ini masih belum berbaikan dengan ‘saudaranya’ di Utara? 

Salah satu keunggulan drama Korea yang digandrungi oleh masyarakat hari ini terletak di lokasi syutingnya. Banyak drama Korea yang menjadikan tempat – tempat wisata mereka sebagai lokasi syuting. Efeknya, tempat – tempat tersebut menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestic maupun asing. 


Lokasi syuting drama Winter Sonata (2002) di Pulau Nami membuat kunjungan ke pulau tersebut yang sebelumnya hanya 200.000 meloncat menjadi 1,6 juta kunjungan di tahun 2010. Pulau Jeju yang menjadi lokasi favorit untuk pengambilan drama di Korea Selatan. Di antaranya Boys Before Flower (BBF), Secret Garden, Dae Jang Geum, Thank You dan beberapa drama lain yang kita ketahui sangat booming di Indonesia. Bahkan Museum Teddy Bear makin banyak dikunjungi karena drama Princess Hours (Goong). Tak hanya itu, N Seoul Tower juga menjadi salah satu objek wisata favorit setelah kemunculannya di drama BBF dan Goong.




Dae Jang Geum
Selain lokasi syuting, alur cerita yang ditawarkan pun tidak berbelit – belit dengan jumlah episode yang minimalis. Selain itu, tema percintaan yang disajikan juga tidak berlebihan dan kadang disisipi dengan masalah sosial politik di Negara itu seperti drama King Two Hearts (2012). 

Kemudian, tak ketinggalan drama – drama produksi Korea Selatan juga memperlihatkan kebudayaan Negeri Ginseng tersebut yang terlihat dari drama seperti Dae Jang Geum, Hwang Ji Ni, Dong Yi dan drama lainnya yang menggambarkan Korea di zaman Joseon.

King Two Hearts

Kekuatan inilah menjadikan Korea Selatan sangat menarik untuk dikunjungi. Lokasi dan sejarah yang mencerminkan kebudayaan Korea Selatan di drama TV. Kedua hal ini yang belum kita temukan di sinetron maupun film di Indonesia. 

Penulis berharap, pemerintah mampu mendorong industry hiburan untuk menghasilkan hiburan – hiburan yang dapat dijual di Negara lain. Hiburan yang menggambarkan Indonesia seutuhnya dari segi geografis maupun sejarah besar bangsa ini. Untuk para pemilik industry hiburan harapan besar itu selalu ada. Mereka yang berkecimpung di dunia hiburan penulis yakini mampu memberikan gambaran tentang Indonesia. Bukan lagi tentang hal – hal SARA sarat kontroversi hingga hal mistik yang tak masuk akal, melainkan pencitraan Indonesia sebagai Negara yang aman, indah dan berbudaya. 

Semoga!


No comments:

Post a Comment