Thursday 29 December 2011

Kesabaran Menanti Jodoh

Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang perempuan yang sudah saya kenal sejak lama. Ketika itu saya masih duduk di bangku SMP, tidak berjilbab, masih polos dengan hal – hal yang berbau dunia luar, selalu diantar ayah dengan angkot mata pencaharian kami. Rambut masih berkepang dua, karena peraturan sekolah menghendaki murid – muridnya senantiasa rapid an tampak seragam.

Dan di sana lah saya bertemu dengan wanita itu. Wanita yang mengenakan jilbab amat besar menurut saya ketika itu, sama sekali tidak cantik dalam pandangan saya, malah terlihat kuno sekali. Maklum, bacaan saya ketika itu majalah Aneka Yes! yang jadi tren remaja tanggung di kala itu.

Pertama kali bertatap muka, saya hanya berani memandang sekilas dan terkesan tidak berniat untuk mengobrol. Lama kelamaan, obrolan kami menjadi sedikit banyak karena hampir tiap pagi wanita itu naik angkot ayah saya dengan tujuan yang sama pula.

Saya tak akan pernah lupa dengan majalah Annida yang ia pinjam kan kepada saya suatu hari di pertemuan kami yang ke sekian kalinya. Majalah itu seperti jembatan antara saya dan dia. Sebenarnya, sebelum ia meminjamkan majalah itu, saya sudah pernah membacanya di tempat saya mengaji. Guru ngaji saya yang gemar sekali membaca itu menyodorkannya ke saya beberapa kali. Kemudian saya memutuskan untuk terus membaca dan berlangganan.

Lumayanlah untuk kocek anak SMP, majalah itu teramat murah untuk ilmu luar biasa yang disajikannya tiap edisi.
Baiklahl, saya bukannya ingin menceirtakan tentang majalah itu, tapi yang ingin saya bagikan di sini ialah tentang wanita tersebut.

Sebelum melanjutkan ke cerita inti, sekedar pemberitahuan, saya sudah meminta izin kepada wanita itu untuk menuliskan kisahnya. Semoga bisa menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang membacanya.

Seiring berjalannya waktu, belakangan saya ketahui, bahwa wanita tersebut terlibat dalam aktivitas yang sama yang sedang saya geluti. Kami kemudian sering bertemu dalam kegiatan kajian keislaman di kota yang sama, kadang mengadakan baksos di tempat yang sama juga beberapa tempat lainnya. Setiap bertemu ia masih dalam status yang sama, single alias belum menikah.

Awalnya saya mengira wanita itu sudah menggenapkan setengah diennya ketika kami bertemu pertama kali di angkot ayah saya. Jika dihitung – hitung sejak pertemuan pertama, sudah hampir 7 tahun yang lalu (sekarang 2011). Rupanya hingga kini ia masih belum menikah. Saya tak berani menanyakan umur wanita itu karena takut menyinggung perasaannya. Saya hanya mengira – ngira, jika ia sudah menikah, tentulah anaknya sudah duduk di bangku SMP. Tapi biarlah pikir saya ketika itu.

Dan Allah mempertemukan saya kembali dengannya beberapa waktu yang lalu. Kali ini dengan status yang berbeda. MENIKAH. Sungguh kejutan luar biasa yang saya dapatkan saat ia memberitahukan hal tersebut. Aura wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tak dapat saya lukiskan dalam kata – kata sederhana ini. Namun yang pasti adalah, wajah penuh rasa syukur dan berserah diri itu selalu tergambar pada wanita itu.

Ia berkata pada saya bahwa ini pernikahannya kali ini sungguh membuatnya merasa sangat bersyukur. Allah telah memberikannya seorang pendamping hidup yang baik baginya. Pendamping hidup yang dianugerahi oleh Allah itu sangat mengerti akan dirinya, sangat sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Hidupnya merasa sudah terlengkapi kala pernikahan itu dilaksanakan. Alhamdulillah……

Penantian wanita tersebut selama puluhan tahun bagi saya bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seorang perempuan. Dalam hati saya memuji keteguhan dan kesabaran yang wanita itu menanti jodoh yang telah ditetapkan Allah baginya. Doa – doa panjangnya selama tahun – tahun penantian itu terjawab sudah. Siapa yang menyangka di usia yang sudah senja, Allah memberinya seorang lelaki gagah yang menerimanya apa adanya.

Janji Allah itu selalu benar. Allah senantiasa mengabulkan doa hambaNya yang selalu berdoa padaNya. Dia telah menciptakan manusia berpasang – pasangan. Semua hanya masalah waktu. Tentang kapan janji itu akan ditunaikan. Bersabarkah manusia tersebut dalam menunggu tertunainya janji Rabbnya yang dicintainya. Hanya masalah waktu.
Selamat untuk ibuk atas pernikahannya, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah serta senantiasa menjadi teladan bagi rumah tangga yang lain.

*tribute to Ibuk yang telah bersabar dalam penantian panjang menjemput jodoh

No comments:

Post a Comment