Tuesday 2 August 2011

Ketika Dihadapkan dengan Realita KAMMI dan Gerakan Mahasiswa

Baru – baru ini saya baca tulisannya Ahmad Rizky Mardhatillah Umar lagi di catatan fb nya. Orang yang saya kenal tahun 2007 lalu saat sama – sama jadi finalis Olimpiade Ilmu Sosial dari Universitas Indonesia ini benar – benar bikin saya geleng kepala. Sudah sepantasnya panitia memberikan piala super gede itu saat dia terpilih sebagai peserta terbaik OIS 2007, walaupun sekolahnya tak masuk dalam tiga besar finalis ( pemenangnya di pegang oleh Insan Cendikia, katanya sekolah Pak Habibie, . Mengalahkan teman – teman lainnya dari seluruh nusantara. 

Dalam tulisannya, Umar ( begitu dia dipanggil – saya sih taunya dari fb aja, kan gak pernah ketemu lagi sejak itu heee ) benar – benar mengkritisi arah gerak KAMMI ditinjau dari segi sejarah KAMMI dari 1998 hingga saat ini. Era reformasi hari ini menuntut mahasiswa bergerak menuju penguasa, bukan lagi rakyat yang seharusnya menjadi objek utama perjuangan mahasiswa.

 

KAMMI yang mengklaim dirinya sebagai gerakan kader, justru fakta di lapangan menunjukkan bahwa organisasi ini lebih mengarah pada gerakan massa. Selain itu, indepedensi yang selalu menjadi topik pembicaraan utama juga mulai dipertanyakan dalam tulisan tersebut. 

 
Tentu saja ini cukup membuat saya bingung. 

Lalu saya mencoba untuk mendiskusikan hal ini via fb dengan beberapa teman KAMMI yang saya anggap punya pemikiran dan jam terbang di atas saya. Tak banyak yang merespon, tentu saya semakin bingung.

Awalnya saya ingin mengabaikan hal ini, namun saya ingat kata – kata seorang teman bahwa mahasiswa saat ini tak senang dengan diskusi – diskusi layaknya mahasiswa tempo doeloe. Saya ingin membiarkan tulisan ini seraya berpikir masih banyak hal yang harus saya kerjakan ketimbang memusingkan diri sendiri dengan tulisan tersebut.

Berikut isi pesan saya :

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Semoga artikel ini menjadi bahan diskusi kita semua

  1. Aah gerak KAMMI, benarkah punya kepentingan politik
  2. Gerakan massa atau gerakan kader, sebuah idealisme yang tak sesuai dengan kenyataan lapangan jika menilik sejarah KAMMI.
  3. Benarkah KAMMI ( khususnya KAMDA Kepri ) untuk sementara mengesampingkan potensi inteletualitas kader dan cenderung bergerak mencari perhatian pemerintah untuk alasan finansial dan relasi dalam kekuasaan.
  4. Lalu bagaimana KAMMI harus menyeimbangkan diri di antara pemerintah dan rakyat yang seharusnya menjadi prioritas utama perjuangan KAMMI sebagaimana yang tercantum dalam prinsip gerakan?
  5. Gerakan membutuhkan dana, dana terbesar ada di pemerintah. Satu - satunya cara mencoba menggasak pemerintah untuk mengucurkan juga dana APBD guna membiayai kegiatan2 dan operasional organisasi seperti yang dilakukan oleh organisasi - organisasi lainnya - baca juga tulisan "Demi Kepentingan Bangsa(t)"

Semoga bermanfaat, maaf tidak bermaksud sok tahu
Saya hanya mencoba berdiskusi melalui jaring sosial ini karena sepertinya tak ada waktu untuk bertemu secara langsung.

Semoga semangat itu masih menyala!!!


Balasan yang diterima :
Wlksmsl, sebaiknya diskusi ini dilemparkan di Forus Diskusi PD KAMMI Kepri

APBD Hak Pemuda, Kreatif dalam Membesarkan Pundi2 Finansial

Sebaiknya, diskusi dilakukan di Forum Diskusi PD KAMMI Kepri. Biar lebih ramai lagi kelak yang berdiskusi.

Pertanyaan Cah Nun (Nurul Azizah) memang menarik untuk didiskusikan apalagi tulisan ini. 

1.       Terkait masalah gerak KAMMI memiliki kepentingan politik jelas ada tapi perlu diluruskan kepentingan politik KAMMI bukanlah kepentingan politik milik merah, kuning, hijau, biru atau hitam kuning. Tapi KAMMI memiliki pemikiran politik yang merdeka (Baca kembali kredo gerakan dan Fikih Siyasi)

2.       Bicara tentang gerakan massa dan gerakan kader tentu kita harus mendudukkan dua defenisi ini terlebih dahulu. Nah, saya justru memandang KAMMI sebagai gerakan kader yang memiliki massa yang jelas. 

3.       Tidak ada pengenyampingan potensi intelektualitas, hanya saja memang minimnya kesadaran untuk mencari ilmu dan menggali informasi masih relatif rendah sehingga seolah-olah mengenyampingkan pontensi intelektualitas. Kesempatan2 untuk potensi intelektualitas itu sudah dibuka lebar. Terkait masih rendahnya tradisi kaum intelek, hal ini bisa dibuktikan, masih minimnya tradisi membaca, menulis, meneliti dan berdiskusi sebagai indikator bahwa gerakan itu mengasah intelektualitasnya atau tidak.

Relasi ke pemerintahan penting, tapi bukan semata-mata untuk mencari keuntungan finansial.

4.       Proses penyeimbangan itu KAMMI harus menaikkan posisi tawar ke pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Itu yang penting. Advokasi-advokasi ke komunitas 2 (nelayan, petani, buruh/pekerja) tertentu adalah suatu hal yang sangat penting.

5.       Saya pikir keliru kalau potensi dana hanya tergantung pada APBD, hanya saja memang saat ini belum ada yang kreatif untuk memikirkan masalah pendanaan. Sumber-sumber dana bisa diperoleh melalui:
a.      Infak
b.      Sedekah
c.       Dana sosial dari PT-PT terbesar yang ada di Kepri

Soal APBD pemerintah memiliki tanggungjawab yang besar untuk membiayai organisasi kepemudaan (baca UU No 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan).

Demikian lah jawaban yang baru saya terima hingga detik saya menulis ini. Banyak yang masih bisa didiskusikan lagi mengenai tulisan ini. 

Dampak yang ada pada diri saat ini, rasanya pikiran saya berkotak – kotak. Di satu sisi saya ingin menjalani hidup sebagai orang biasa yang tidak punya tujuan apa pun yang berhubungan dengan dakwah di KAMMI khususnya kampus. Lain sisi, saya kadang merasa malu, ketika pribadi saya sedang diasikkan dengan hal – hal duniawi yang kadang tak ada manfaat ternyata di belahan dunia lain ada orang yang mengandalkan akalnya untuk menganalisis sesuatu dan menuangkan ide – idenya dalam bentuk tulisan apik yang sistematis. 

Bagaimana pun juga tekad harus saya tanamkan agar bisa menghasilkan sesuatu yang dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Dan saya yakin, untuk itu saya tidak harus menjadi Umar atau pun Kak Ira ( kadang dilanda krisis percaya diri, bahaya nih!! ).

Ijtihad Membangun Basis Gerakan - Amin Sudarsono
Untuk itu, butuh bantuan teman – teman juga untuk mendiskusikan hal ini agar tuntas dan semua terlihat jelas. Mungkin diskusi ini tidak penting, namun percayalah ini merupakan salah satu implementasi dari G 30 M ( Gerakan 30 Menit Menulis, Membaca dan Berdiskusi ) yang saya dapatkan dari Syamsuddin Kadir di blognya ( www.akarsejarah.wordpress.com ). Menurut Inggar Ash, mahasiswa kini harus kembali pada basis gerakannya sehingga tidak menjadi pemuda bermental uang ( lihat tulisan Umar  ). Dan mari menilik kembali buku Amin Sudarsono, Ijtihad Membangun Basis Gerakan.

1 comment:

  1. Hadeeeeh pusing aq bacanya,
    tapi ini kan ttg KAMMI jd kalian yang lebih tau.

    Kalo mau financial KAMMI mapan, bikin PT. KAMMI Mandiri aja ji.
    Bisa memperoleh keuntungan (baca: sumber keuangan) yang bisa digunakan untuk kegiatan, baik itu CSR maupun lainnya.

    Jadi ga hidup dari APBD.

    ReplyDelete